ANALISA SEISMOTEKTONIK DAN SEISMIC RATE CHANGES WILAYAH SUMATERA, STUDI KASUS GEMPA BENGKULU 2007 DAN PADANG 2009

A mid-term precursory seismic rate changes before 2007 Bengkulu earthquake and 2009 Padang earthquake was observed. We focused in this study on analyze seismotectonic parameter and seismic rate changes over Sumatra using Matlab. Seismicity rate changes parameter is used to identify mid-term precursor. We use the catalogue of USGS and BMKG from 1973.03 up to 2009.69. From seismicity rate changes anomaly, earthquake precursor can be identified 3-1 years before M8.5-M7.9 (USGS) 13 September 2007 Bengkulu earthquake and 6-3 years before M7.5 (USGS) 30 September 2009 Padang earthquake. From seismotectonic analysis, the period of repeated earthquakes in the Sumatra region with magnitudes M6,5 varies between 5 to 22 years and M7 varies around 15 to 90 years


Pendahuluan
Sumatera-Andaman merupakan salah satu wilayah dengan aktifitas kegempaan yang sangat tingi. Salah satu gempa terbesar di dunia Mw 9,0 pernah terjadi di wilayah ini pada 26 Desember 2004, disusul gempa nias Mw 8,7 pada 28 Maret 2005. Para ahli seismologi di dunia telah melakukan penelitian-penelitian mengenai proses gempabumi, salah satunya adalah relasi frekuensi-magnitude yang dikemukakan oleh Gutenberg-Richter (1964). Relasi frekuensi-magnitude dari gempabumi, pertama kali dikemukakan oleh Ishimoto and Iida (1939) serta Gutenberg Ricther (1964). Relasi ini merupakan hubungan pangkat (power law). Banyak ahli menyatakan bahwa nilai-b bergantung pada karakter tektonik dan tingkat stress atau struktur material suatu wilayah (Scholz, 1968; Hatzidimitriou, 1985; Tsapanos, 1990). Variasi nilai-b suatu wilayah berhubungan dengan heterogenitas struktur dan distribusi stress wilayah tersebut (Scholtz, 1968; Biswas, 1988). Secara statistik perubahan nilai-b yang signifikan telah teramati di beberapa regime stress seperti zona subduksi lempeng dan zona patahan.

Prekursor seismik merupakan sesuatu hal yang penting meskipun masih menjadi topik yang banyak diperdebatkan sampai saat ini antara yang setuju dan tidak. Salah satu prekursor yang dipelajari saat ini adalah ketenangan seismik (seismic quiescence). Seismic quiescence dikemukakan pertama kali oleh Wyss dan Habermann (1988) dengan hipotesanya bahwa beberapa gempa utama diawali dengan kehadiran seismic quiescence dimana terjadi penurunan yang signifikan dari rata rata tingkat seismisitasnya.
Penelitian ini bertujuan menganalisa prediktabilitas gempabumi dalam skala waktu menengah di daerah Sumatera menggunakan metode perubahan tingkat kegempaan dengan mengambil studi kasus gempa gempa besar yang terjadi di wilayah Sumatera pada tahun-tahun terakhir ini antara lain gempabumi Bengkulu 13 September 2007 dan gempabumi Padang 30 September 2009.

0 comments:

Post a Comment