SPT Tahunan PPh

Beberapa bulan yang lalu saya baru mendapat NPWP, nah....ternyata kemarin saya sudah menerima blangko Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan (SPT Tahunan PPh). Dalam berkas yang saya terima dicantumkan batas waktu penyampaian SPT tahunan PPh bagi Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) adalah tgl 31 Maret 2009. Ada himbauan juga agar penyampaiannya jauh hari sebelum tanggal jatuh tempo tersebut, untuk menghindari antri tentu saja.

Jenis SPT Tahunan PPh WP OP yang wajib diisi tentunya disesuaikan dengan kriteria. Untuk PNS yang berpenghasilan dari satu pemberi kerja dengan jumlah tidak lebih dari 60 juta per tahun mengisi Formulir 1770 SS (SPT Tahunan PPh WP OP Sangat Sederhana).
berikut ini contoh pengisian SPT 1770 SS yang kemarin coba saya cari dari website KPP Pratama Tulungagung :

Nah, jangan lupa batas akhir penyampaiannya 31 Maret 2009. SPT Tahunan PPh ini diisi lengkap dan ditandatangani wajib pajak yang bersangkutan atau pihak yang diberikan kuasa oleh wajib pajak dengan surat kuasa ber meterai. SPT Tahunan PPh formulir 1770 SS dapat dikumpulkan melalui kantor masing-masing untuk selanjutnya disampaikan ke KPP atau KP2KP secara kolektif.

Penentuan Magnitude Gempa dg Durasi Radiasi Energi Frekuensi Tinggi dan Maksimum Amplitudo

Hampir dua tahun yang lalu saya mempunyai keinginan untuk bisa menentukan sendiri magnitudo suatu gempabumi dari rekaman seismogram yang bisa saya download dari internet. Ternyata memang banyak metode yang bisa dipergunakan. Salah satunya yang dikembangkan oleh Hara berikut ini.

Hara (2006) telah mengembangkan metode baru untuk menentukan magnitude gempabumi. Formula yang dikemukakan sebagai berikut

Photobucket

Photobucket


M adalah magnitude gempabumi, A adalah amplitude maksimum (Gel P, selama radiasi energi frekuensi tinggi dalam satuan m). t merupakan durasi energi radiasi frekuensi tinggi (dalam detik) dan delta merupakan jarak episenter (dalam km).


Lantas pertanyaan yang muncul bagaimanakah cara menentukan durasi energi radiasi frekuensi tersebut?

t dapat kita perkirakan dengan metode filtering (bandpass 2-4 Hz) dari gel P yang tiba pertama kalinya kemudian kita lakukan normalisasi dan smooting.

Photobucket

Gambar diatas adalah studi kasus untuk gempa pangandaran Juli 2007. A pada gambar diatas adalah kedatangan gel P sedangkan F merupakan perkiraan akhir dari radiasi energi frekuensi tingginya.
Menarik bukan? dengan satu rekaman seismogram kita dapat menentukan secara cepat magnitudo sebuah gempa.

tobe continued..

Studi Perubahan b-value terhadap Waktu

Studi perubahan b-value terhadap waktu sebenarnya sudah banyak dilakukan, salah satu tujuannya untuk membuktikan layak tidaknya dijadikan sebagai precursor gempabumi baik dalam skala short-term, medium term maupun long-term.

Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa gempa-gempa besar dalam skala medium-term sering didahului dengan peningkatan b-value kemudian diikuti penurunan dalam beberapa minggu atau bulan sebelum kejadian gempabumi tersebut.

Photobucket Photobucket

Penelitian yang dilakukan oleh Molchan dkk (1999) baik dengan katalog regional maupun global menemukan bahwa b-value dari gempa-gempa pendahuluan turun sampai 50 % sebelum kejadian gempa utama.


Menarik tentunya apabila kita juga melakukan studi-studi perubahan b-value untuk kejadian-kejadian gempa di Indonesia. Bahkan kalau memungkinkan, pengamatan perubahan b-value bisa dilakukan secara kontinyu sehingga akan memberikan hasil yang bias dipakai sebagai salah satu precursor gempa besar di Indonesia.

Lalu langkah-langkah apa sajakah yang diperlukan dalam studi variasi b-value terhadap waktu ini?

Untuk melakukan studi variasi b-value terhadap waktu, kita bisa menggunakan metode sliding time-window. Kelompok gempabumi dipilih dari katalog gempa, kemudian b-value dihitung pertama kalinya dengan jumlah even tertentu misalkan N. Kemudian window digeser dengan waktu yang berhubungan dengan bilangan even tertentu, misalkan saja N/10 even. Langkah selanjutnya menghitung b-value untuk kelompok data yang baru. proses ini diulang terus sampai even terakhir tercapai.

Analisa Spasial Gempa Manokwari

Melanjutkan analisa gempa Manokwari sebelumnya, berikut tambahan hasil analisa-analisa secara spasialnya.

Gambar dibawah merupakan peta densitas gempabumi daerah manokwari dan sekitarnya yang saya olah dengan data USGS (1973-Jan 2009)

Photobucket

Selanjutnya hasil mapping b-value dan a-value daerah manokwari dan sekitarnya yang saya buat berdasarkan data USGS (1973 - Jan 2009) dapat dilihat pada gambar dibawah ini. a dan b value merupakan konstanta yang biasa dipakai sebagai parameter seismisitas. Nilai a dan b akan bervariasi pada ruang dan waktu.




Lalu mencerminkan apakah konstanta a dan b tersebut?

Parameter a mencerminkan tingkat seismisitas pada suatu daerah selama periode tertentu (periode yang kita pelajari). Pada umumnya seismisitas yang tinggi nilai parameter a juga lebih tinggi. Parameter b biasanya mendekati nilai 1 dan merupakan parameter tektonik yang banyak dipercaya bergantung pada tingkat stress dan karakter tektonik suatu daerah. Perubahan nilai b dipercayai berbanding tercbalik dengan tingkat stress suatu daerah. Dengan kata lain nilai b yang rendah kemungkinan mencerminkan tingkat stress yang tinggi pada daerah tersebut.

Periodesitas untuk daerah manokwari dan sekitarnya berdasarkan statistik dapat dilihat disini

Photobucket Photobucket

Gambar diatas merupakan analisa spasial gempa-gempa susulan yang tercatat sampai awal februari 2009. Sebelah kiri adalah penampang arah lintang sedangkan sebelah kanan ke arah bujurnya.

Analisa Temporal Gempa Manokwari

Gempa Manokwari masih menyisakan banyak pertanyaan. Sebagaimana kita tahu, tanggal 4 Januari 2009 di manokwari terjadi dua gempa besar pada tempat yang sama dan rentang waktu yang tidak terlalu lama. Model gempa semacam ini memang pernah terjadi pula di Sumatera Barat dan Bengkulu tahun 2007 silam. Gempa 4 Januari 2009 ternyata juga memicu adanya tsunami.
Inilah yang menjadi pertanyaan sampai saat ini, karena pusat gempa sebagaimana dilansir BMKG maupun USGS tidak di lepas pantai. Untuk kesempatan ini, saya tidak akan menganalisa dari sisi tsunami yang dibangkitkan, namun akan sedikit menganalisa secara temporal gempa Manokwari berikut gempa gempa susulan yang dibangkitkannya.

Analisa penurunan gempa susulan untuk daerah manokwari berdasarkan data-data yang saya olah paling mendekati adalah dengan metode Mogi-2 yang memberikan hasil sekitar 27 hari dengan koefisien korelasi 96 % sebagaimana dapat dilihat pada gambar berikut :

Photobucket


sementara peta periode ulang gempa dengan skala 6.5 dan 7 dari data yang saya olah (data USGS 1973- Januari 2009) didapatkan hasil sebagai berikut :

Photobucket