Geophysical Network, Existing And Future Plan

Indonesian Meteorological and Geophysical Agency (MGA) is governmental bodies who responsible to provide data and information of Meteorology, Climatology, Air Qualities and Geophysical phenomena’s. Recently MGA is developing the geophysical networks to improve the capabilities in providing the geophysical data and information services, including the tsunami warning system. In the future, the seismological networks will be enhanced by installing 160 broadband seismographs and real time data processing to support the tsunami warning system. The geomagnetic also will be added up to 8 – 10 station, while the gravity base point will be added to support the gravity surveys for the exploration works. The lightening networks will be
expanded to cover all of Indonesian region.

1. Introduction
The Meteorological and Geophysical Agency (MGA) of Indonesia has fundamental duty to manage and execute task in meteorology and geophysics. Task and function of MGA are providing accurate, prompt, and qualified services for protection of citizen lives and properties from natural disaster. MGA has responsible for policy formulation for standard operational procedures in the fields of meteorology, climatology and geophysics. Implementation of meteorological, climatological and geophysical observation, data processing, analysis and information services in the ocean and in the atmosphere. Mandatory in the operational of meteorology, climatology and geophysics and also authority to announce severe weather warnings and alerts. To take care all of the tasks MGA operates and maintains geophysical stations, including the seismic networks, geomagnetic networks, geomagnetic repeat stations,
gravity base/check point networks and also lightening detector networks. This paper is a brief description of geophysical network running by MGA.


2. Seismological Stations and Networks
Indonesia is located in seismic active region due to the interaction among 3 mega plates namely Eurasia, India Ocean-Australia, Pacific and 2 smaller one Philippine Sea and Caroline. These interactions create regional and local faults that generate earthquakes. So, every time and every place in Indonesia have earthquake potentials. Figure 1 shown seismicity of Indonesia and Indian ocean. Now MGA of Indonesia has 30 geophysical stations and 28 telemetry seismic stations, that record earthquake event from all location in Indonesia and its surrounding. Those geophysical stations send the seismic data to National Seismic Center, MGA Jakarta and to Regional Seismic Center. At present MGA of Indonesia has 5 regional centers, located in Medan, Ciputat, Denpasar, Makasar and Jayapura.


Paper ini dibuat Th 2006, Mohon dimaklumi jika sudah terjadi banyak perkembangan.

Selengkapnya download disini

Analisa Parameter Sesimik Dan Tektonik Serta Waktu Perulangan Gempa Wilayah Papua

Analisa parameter seismik dan tektonik suatu wilayah merupakan hal yang penting karena perubahan tingkat seismisitas suatu wilayah berhubungan erat dengan perubahan stress dan tekanan bawah permukaan wilayah tersebut. Distribusi frekuensi-magnitudo dari Gutenberg-Richter dinyatakan dalam log N = a - bM, nilai a merupakan parameter seismik yang mencerminkan tingkat seismisitas suatu wilayah pada periode tertentu. Nilai-b merupakan parameter tektonik yang berkaitan erat dengan tingkat stress dan karakter tektonik suatu wilayah. Perubahan nilai-b suatu wilayah dipercaya berbanding terbalik terhadap perubahan tingkat stress wilayah tersebut. Katalog gempabumi NEIC dari tahun 1973-Januari 2009 dipergunakan untuk menganalisa parameter seismik dan tektonik serta waktu perulangan gempabumi di wilayah Papua. Dari analisa parameter seismik dan tektonik di wilayah dengan batas 4° LU - 5° LS dan 129° BT - 137° BT didapatkan variasi nilai b berkisar antara 0,6 sampai 1,6, variasi nilai-a berkisar antara 4,8 sampai 9,2 dan waktu perulangan gempabumi dengan M 6,5 sekitar 6 tahun, M 7 sekitar 12 tahun.

PENDAHULUAN
Indonesia sejak lama dikenal sebagai salah satu wilayah dengan tingkat aktifitas gempa yang tinggi, hal ini dikarenakan letak Indonesia diapit oleh lempeng-lempeng tektonik raksasa yang saling bertumbukan satu dengan lainnya sehingga menempatkan Indonesia pada kerawanan yang tinggi terhadap bencana gempa bumi. Analisa seismisitas pada wilayah aktif gempa telah banyak dilakukan oleh para ahli. Dari analisa parameter seismisitas diketahui bahwa nilai-b merupakan parameter tektonik yang banyak dipercaya bergantung pada tingkat stress dan karakter tektonik lokal. Perubahan nilai-b dipercayai berbanding terbalik dengan tingkat stress wilayah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa secara spasial maupun temporal parameter seismisitas dari relasi distribusi frekuensi magnitude serta analisa secara statistik waktu perulangan gempabumi dengan magnitude diatas 6 sebagai salah satu upaya untuk mitigasi gempabumi dan tsunami.

Penelitian ini membahas analisa parameter seismik dan tektonik serta waktu perulangan gempabumi di wilayah papua dengan batas 4° LU - 5° LS dan 129° BT - 137° BT .

Selengkapnya download disini


Analisa Fraktal Dan Rasio Slip Daerah Bali-NTB Berdasarkan Pemetaan Variasi Parameter Tektonik

Distribusi gempabumi secara tidak langsung dapat dianggap sebagai fraktal, sehingga dapat dicirikan di dalam dimensinya (D), sementara seismisitas dapat dikarakterisasikan oleh parameter tektonik (nilai-b) dan dimensi fraktal (D). Dimensi fraktal memiliki korelasi dengan parameter tektonik (nilai-b) dari relasi distribusi frekuensi-magnitude Gutenberg-Richter log N = a-bM. Analisa fraktal dan slip rasio daerah Bali-NTB berdasarkan pemetaan variasi spasial nilai-b telah dilakukan pada penelitian ini mempergunakan katalog gempabumi dari tahun 1973-Maret 2009. Dari analisa parameter tektonik, dimensi fraktal serta slip rasio di daerah penelitian dengan batas 6° LU - 12° LS dan 114° BT - 121° BT didapatkan nilai-b bervariasi antara 0,7-1,9 dengan nilai-b rendah disebelah selatan pulau sumbawa sekitar pulau sumba serta sebagian daerah disebelah utara pulau lombok sumbawa. Dimensi fraktal pada kluster 1 dan 2 di daerah selatan pulau sumbawa serta sebelah utara pulau lombok sumbawa bernilai sekitar 2 yang mengindikasikan distribusi sumber 2D sedangkan dimensi fraktal pada kluster 3 di daerah sekitar pulau sumbawa bernilai sekitar 3 yang mengindikasikan distribusi sumber 3D. Rasio slip kluster 1 dan 2 berkisar 0,5 yang mengindikasikan sekitar 50% total slip terjadi pada sistem patahan utama (primer). Rasio slip kluster 3 mendekati 0 sehingga semua slip terjadi pada patahan-patahan kecil.

PENDAHULUAN
Daerah Bali-NTB merupakan salah satu daerah dengan tingkat kegempaan yang cukuf aktif karena terletak pada jalur mediteranian. Secara tektonik, busur kepulauan Bali dan Nusa Tenggara berada di antara zona tumbukan lempeng Indo-Australia dengan Eurasia di bagian selatan dan patahan naik busur belakang Bali-Flores di bagian utara. Daerah dengan batas 6° LS -12° LS dan 114° BT - 121° BT ini memiliki karakteristik gempabumi yang beruntun, dimulai dengan gempa pendahuluan, gempa utama dan selanjutnya diikuti oleh gempa-gempa susulan (Sulaiman, R. Dkk, 2002). Distribusi Gempabumi yang terjadi pada umumnya berkedalaman dangkal di bagian selatan sementara distribusi gempa menengah dan dalam tersebar di bagian tengah dan utara dengan magnitude terbesar yang tercatat sebesar 8 yang terjadi pada tahun 1977 pada posisi 118.46 BT dan 11.09 LS.

Selengkapnya silakan download disini